Al YAQIIN

on Wednesday, September 10, 2008

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
kemudian TIDAK RAGU-RAGU sedikitpun dan berjuang
(fisabilillah) dengan harta dan jiwa mereka"
(Al Hujurat:15)
Pernahkah kita membayangkan bagaimana kesudahan da'wah
Rasulullah SAW apabila para awallun mu'minin, para sahabat
ragu-ragu dalam menerima risalah Islam ? Dapatkah kita
mengira-ngira kondisi ummat ini, kalau generasi awalnya me-
nerima al Islam dengan setengah hati dan berjuang dengan
semangat ogah-ogahan ?

Tak pernah terbayangkan, dan mungkin tak terbayangkan,
apalagi manakala kita membaca sejarah diri mereka, sejarah
yang pantas ditulis dengan tinta emas, sejarah cemerlang
kemanusiaan, yang memancarkan semangat, kerinduan mendalam,
ibroh dan 'izzah.
Di sana, dalam masa itu, ada tokoh seperti Bilal r.a.,
ibnu Mas'ud, Mushab bin Umair r.a., ada sosok abdurakhman
bin auf r.a., abu bakar shiddik r.a., umar bin khattab dll.
Mereka yang mulanya budak habsyi, seorang upahan pengembala
domba, pemuda tampan kaya-raya, pedagang ulung, dan para
bangsawan. Tak ada hal yang istimewa pada pribadi-pribadi
mereka pada mulanya. Mereka manusia Arab, manusia biasa,
manusia dengan kemanusiaannya, yang hidup dalam budaya jahi-
liyyah, yang sebagian dari mereka tertindas dan bahagian
lainnya menindas. Mereka hanyalah bagian dari sistem mapan
yang menaik-turunkan melodi dan tetap dalam lautan orkestra
kehancuran akhlaq. Mereka hanya bagian dari sistem kokoh
turun-temurun yang kropos dan tertekan kekuatan besar romawi
dan persia. Begitu kondisi mereka pada awalnya.

Namun, manakala Islam datang menampak di mata dan hati me-
reka, manakala nur ilahi perlahan tapi pasti menerangi dan
mensibghoh (mewarnai) hati itu, maka proses luar biasa yang
tak ada satupun kekuatan di dunia yang mampu mencegahnya ter-
jadi. Proses yang mulanya kasat mata, lalu perlahan-lahan
mengambil bentuk awal dan akhirnya mewujud sempurna dalam
sosok pribadi.
Bangsa Arab yang terkenal keras, kukuh dan teguh pun men-
jadi terpukau. Manusia-manusia "aneh", "ajaib" bermunculan.
Hampir-hampir mereka menyangkal realitas yang membumi di seke-
liling mereka. Puncak dari itu semua adalah kebingungan dah-
syat dan frustrasi.
Bangsawan pemilik Bilal r.a. adalah contoh paling awal.
Siksaan yang tak ada tara, kekejaman yang luar biasa, kebengis-
an yang terburuk dalam sejarah kemanusiaan, yang tak ada lagi
bentuk terbarunya telah dijatuhkan pada bilal r.a.. Namun, sang
tokoh hanyalah berucap "Ahad", "Ahad", "Ahad". Hanya menye-
but nama Rabb pencipta semesta alam, hanya menyebut nama itu,
tidak untuk menyerah atau mohon diampuni. Siksaan apalagi yang
dapat mengubah pendirian bilal r.a.? Siksaan apalagi? Kenapa
bisa muncul manusia seperkasa itu, manusia yang tegar melebihi
tegarnya batu karang?
Bangsa arab yang terkenal kukuh dan keras dalam pendirian pun
terheran-heran. Mereka terpana dan bingung.
Abdullah bin Mas'ud dengan ketinggian 'izzah membacakan al
Qur'an di hadapan pemuka-pemuka Quraish, tanpa rasa gentar akan
siksaan yang bakal mereka jatuhkan. Abdullah bin mas'ud yang
hanya seorang budak pengembala domba, kecil, pendek dan tidak
menarik dengan mantab dan tenang mengumandangkan firman-firman
Allah dengan suara merdu dan memukau di hadapan para bangsawan
yang hari-hari lalu adalah tuan-tuan yang beliau takuti.
Seperti mimpi, tapi itu kenyataan. Pemuka quraish tak habis
mengerti dengan manusia-manusia baru dengan ketinggian 'izzah,
ketinggian harga diri, dan kehalusan akhlaq. Sementara mereka,
adalah makhluk yang kasar, yang hanya mementingkan materi, pe-
nuh kekerasan dan selalu memaksakan kehendak dengan meriam kekua-
saan. Mereka kalah, jatuh, terpesona dan merasa rendah. Inilah
hakekat yang tersembunyi di balik kebengisan mereka terhadap kaum
Muslimin yang halus budi dan pema'af, kebengisan manusia-manusia
yang kalah lahir dan bathin, kalah dalam totalitas kemanusiaan,
kalah dalam seluruh dimensi kebaikan.

Sementara para sahabat perlahan tapi pasti mulai merebut po-
sisi sampai hijrah dan fathu Makkah (ditundukannya Makkah).

Itulah refleksi yakin, al yaqiin dalam diri manusia-manusia
baru, tak ada keraguan sedikitpun pada diri mereka, dan mereka
berjuang fisabilillah dengan harta dan jiwa, dengan tajjarud
(segenap totalitas diri). Al yaqiin telah tumbuh dan menancapkan
akar-akarnya dalam merah hati mereka, al yaqiin telah rindang
dengan dedaunannya yang melingkup seluruh ruang sejauh mata me-
mandang, al yaqiin telah menyinari seluruh hakekat yang dimenger-
ti dalam satu garis tunggal kausalitas, Allah Rabbal 'alamiin.
Maka adakah siksa yang lebih keras dari siksa Allah yang pantas
ditakuti? Adakah kebahagiaan yang lebih besar dari ridha Allah
yang pantas dicari? Adakah ghoyyah (tujuan) lain selain Allah
yang pantas dituju?
Inilah akhlaqul kharimah, yakin akan Allah dan RasulNya serta
hari dimana semua manusia menerima perhitungan.
sumber : abu zahra

1 komentar:

Anonymous said...

Thank for the article.

Post a Comment

Silahkan komentari dengan santun. NO 4 spam.